Para Pemahat Mahkota Sejak Zaman Ratu Wilhelmina

Dendang syahdu suara sang raja dangdut mengalun merdu, bersahut ketuk-ketuk ritmis hasil perpaduan bunyi alat-alat cukur, seperti gunting, unduk, dan sesekali gelak tawa mereka yang mengental dan menyatu menyajikan harmoni sebuah kebersamaan. Inilah atmosfir yang pasti tertangkap indera, pada sebuah los cukur di pojok Pasar Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah. Los telah ada sejak awal Pasar Cilongok dibuka, saat Belanda masih diperintah oleh Ratu Wilhelmina, tepatnya 1928.

Salah satu keunikan los cukur ini adalah, mereka hanya buka pada hari pasaran legi kalender jawa, selain hari pasaran tersebut mereka tutup. Muheri yang berumur 80 tahun, merupakan tukang cukur tertua di los tersebut, dan dia adalah generasi ketiga dikeluarganya yang bekerja sebagai tukang cukur di los tersebut. Dia mengatakan sejak awal pasar ini dibuka, kakeknya sudah menjadi tukang cukur di los tersebut dan kemudian diwariskan kepada ayahnya dan akhirnya diteruskan oleh Muheri saat dia berusia 40 tahun.

Jumat legi tanggal 12 April tahun 2013 menjadi hari terakhir mereka berkumpul dan melayani para pelanggannya di los cukur itu. Karena Pemkab Banyumas akan mengosongkon Pasar Cilongok, untuk dilakukan pemugaran. Dan mereka pun tak tahu apakah mereka akan mendapatkan jatah los khusus cukur pada pasar yang baru, atau mereka akan ditinggalkana dan pada akhirnya hanya menjadi sepenggal cerita pada pergantian zaman.   









1 comments:

sedih baca endingnya

Reply

Post a Comment