Jika anda mengira ini bali, maka anda tidak sepenuhnya salah. Ini adalah prosesi Tawur Agung Labuh Gentuh, yang dilakukan oleh 100 lebih penduduk Gianyar, Bali, tapi tidak dilakukan di Bali. Upacara tersebut dilaksanakan di Kawah Sikidang, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Jumat (4/10). Dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Prosesi
Tawur Agung tersebut diawali dengan doa-doa yang dipimpin oleh pemangku adat,
yang diiringi dengan tari dan musik gamelan khas bali yang bertempo lebih
cepat, bila dibandingkan dengan gamelan jawa. Usai penari menyelesaikan ritual
tariannya, mereka mengelilingi lokasi yang dijadikan tempat ritual tersebut.
Baru sesudah itu, mereka bersama-sama melemparkan berbagai macam sesaji ke
dalam Kawah Sikidang.
Ada
sejumlah hewan yang disiapkan untuk dimasukkan ke dalam kawah di antaranya
adalah ayam, itik, angsa, kambing, kerbau dan sapi. Namun, oleh penduduk asli
Dieng, ketiga hewan masing-masing kambing, kerbau dan sapi tidak diperbolehkan
untuk dimasukkan ke dalam kawah. Anggota paguyuban menghormati apa yang
disampaikan oleh penduduk setempat, sehingga yang dilempar ke dalam Kawah
Sikidang hanya ayam, itik dan angsa serta berbagai macam sesaji lainnya.
Mulanya
para penduduk Gianyar, Bali, yang tergabung dalam Paguyuban Sekehe Astiti
Rahayu, sama sekali tidak tahu dataran tinggi Dieng. Dan mereka dibimbing oleh
"Wangsit",untuk melakukan pencarian tentang dataran tinggi Dieng. Dan
ternyata dulunya Dieng adalah salah satu pusat peradaban Hindu di Pulau Jawa,
dengan bukti candi-candi peninggalan Dinasti Sanjaya di abad 8 hingga 9.
Tawur
Agung yang digelar tersebut merupakan bagian dari pemujaan. Sekaligus
mengunjungi tempat nenek moyang mereka. “Kami meyakini, kalau sebagian orang
Bali, leluhurnya dari Dieng. Sehingga kegiatan ini boleh dikatakan sebagai
bagian dari ziarah kepada nenek morang juga,” tutur Ketua Panitia Tawur Agung
Mangku Alit Arta.
Idhad Zakaria.
Post a Comment